Bunga acuan naik, BEI khawatir pasar modal tertekan

Besar kemungkinan pelaku pasar akan merespons negatif kenaikan suku bunga tersebut.

Bursa Efek Indonesia berharap Bank Indonesia tidak lagi menaikkan suku bunga acuan / Pexels

Bursa Efek Indonesia (BEI) merespons kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia. Direktur Utama BEI Tito Sulistio memprediksi kenaikan suku bunga akan berdampak negatif terhadap pasar modal. Apalagi, apabila Bank Indonesia kembali menaikkan suku bunga acuannya.

Rabu (30/5) ini, Bank Indonesia memutuskan kembali menaikkan suku bunga acuan 7-day Reverse Repo Rate sebesar 25 basis poin menjadi 4,75%. Kenaikan ini merupakan kedua kalinya dalam satu bulan terakhir setelah sebelumnya BI menaikkan suku bunga acuannya sebesar 25 basis poin menjadi 4,5% pada 17 Mei lalu. 

Menurut Tito, pelaku pasar tak menghendaki terjadinya kenaikan suku bunga acuan lagi. Saat suku bunga acuan naik, biasanya diikuti penyesuaian suku bunga deposito. Investor pun akan beralih memilih deposito sebagai instrumen investasinya karena dinilai lebih aman ketimbang pasar modal yang fluktuatif. Ujung-ujungnya, indeks harga saham gabungan (IHSG) terancam melemah. 

“Pasar modal tidak pernah menginginkan bunga naik. Itu musuh terbesar di pasar modal. Tidak ada yang berharap naik,” ujar Tito, di Gedung BEI, Jakarta.

Kendati demikian, dia mengaku pelaku pasar sudah mengantisipasi kenaikan suku bunga acuan. "Secara psikologis dampak kenaikan suku bunga acuan kali ini sudah terjadi, maka aktivitas ekonominya tentu terjadi," kata Tito.