CORE: Neraca dagang surplus bukan jaminan ekonomi membaik

Neraca perdagangan Indonesia pada Februari 2020 mengalami surplus sebesar US$2,34 miliar.

Ilustrasi. Foto Antara.

Badan Pusat Statistik (BPS) melansir neraca perdagangan Indonesia pada Februari 2020 mengalami surplus sebesar US$2,34 miliar, dengan nilai ekspor US$13,94 miliar dan impor US$11,60 miliar. Surplus terjadi karena impor yang lebih kecil daripada ekspor. Tercatat, nilai impor pada Februari 2020 turun 18,69% dari US$14,2 miliar menjadi US$11,6 miliar.

Peneliti Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Yusuf Rendy Manilet melihat meskipun mengalami surplus, terkontraksinya impor tersebut tak sepenuhnya berdampak baik ke Indonesia. Sebab, industri manufaktur mengandalkan impor untuk bahan baku.

"Kalau pertumbuhan impor menurun, bahan baku industri dalam negeri tak bisa berproduksi karena tak dapat bahan baku. ini akan berdampak ke output produksi yang berkurang sehingga menyebabkan perlambatan industri manufaktur," kata Rendy saat dihubungi dari Jakarta, Selasa (17/3).

Sementara itu, BPS mengatakan pandemi Covid-19 yang membuat China melakukan lockdown mempengaruhi neraca perdagangan Indonesia pada 2020. Sebab, China merupakan salah satu mitra dagang terbesar Indonesia.

Apabila pandemi Covid-19 berlangsung lebih lama di Negeri Tirai Bambu, Rendy memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia secara tahunan hanya akan mencapai 4,7%. Dengan asumsi, ekonomi China belum akan pulih sampai semester I-2020.