sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

CORE: Neraca dagang surplus bukan jaminan ekonomi membaik

Neraca perdagangan Indonesia pada Februari 2020 mengalami surplus sebesar US$2,34 miliar.

Annisa Saumi
Annisa Saumi Selasa, 17 Mar 2020 13:15 WIB
CORE: Neraca dagang surplus bukan jaminan ekonomi membaik

Badan Pusat Statistik (BPS) melansir neraca perdagangan Indonesia pada Februari 2020 mengalami surplus sebesar US$2,34 miliar, dengan nilai ekspor US$13,94 miliar dan impor US$11,60 miliar. Surplus terjadi karena impor yang lebih kecil daripada ekspor. Tercatat, nilai impor pada Februari 2020 turun 18,69% dari US$14,2 miliar menjadi US$11,6 miliar.

Peneliti Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Yusuf Rendy Manilet melihat meskipun mengalami surplus, terkontraksinya impor tersebut tak sepenuhnya berdampak baik ke Indonesia. Sebab, industri manufaktur mengandalkan impor untuk bahan baku.

"Kalau pertumbuhan impor menurun, bahan baku industri dalam negeri tak bisa berproduksi karena tak dapat bahan baku. ini akan berdampak ke output produksi yang berkurang sehingga menyebabkan perlambatan industri manufaktur," kata Rendy saat dihubungi dari Jakarta, Selasa (17/3).

Sementara itu, BPS mengatakan pandemi Covid-19 yang membuat China melakukan lockdown mempengaruhi neraca perdagangan Indonesia pada 2020. Sebab, China merupakan salah satu mitra dagang terbesar Indonesia.

Apabila pandemi Covid-19 berlangsung lebih lama di Negeri Tirai Bambu, Rendy memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia secara tahunan hanya akan mencapai 4,7%. Dengan asumsi, ekonomi China belum akan pulih sampai semester I-2020.

Rendy melanjutkan, meskipun penyebaran virus covid-19 telah mereda di China, tetapi di luar China penyebarannya malah semakin bertambah. Sehingga, apabila China mulai melakukan aktivitas ekonominya, hal ini belum tentu bisa direspons negara lain yang justru baru memulai penanganan Covid-19.

Dengan adanya Covid-19, menurut Rendy, Indonesia mesti mengambil pelajaran agar tak begitu menggantungkan rantai pasok ke China. Meskipun demikian, hal ini akan sangat bergantung pada kebijakan pemerintah untuk mendiversifikasi perdagangannya.

Menurut Rendy, apabila perdagangan dengan China masih melambat, Indonesia bisa mendiversifikasi perdagangannya dengan negara-negara tetangga di Asean, termasuk juga Australia.

Sponsored

"Saya pikir Australia cukup potensial kita gali pasarnya untuk mengirim produk ekspor Indonesia ke sana. Karena mereka pasarnya besar, secara geografis juga jaraknya tak terlalu jauh," tutur Rendy. 

Berita Lainnya
×
tekid