Gapmmi laporkan stok gula rafinasi untuk industri makin menipis

Sedikitnya empat pabrik makanan dan minuman berhenti produksi karena kehabisan stok gula kristal rafinasi.

Dua petugas Bea Cukai Entikong mengangkat karung berisi gula rafinasi usai rilis kasus di Kantor Bea Cukai Entikong, Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat, Selasa (281/2020). Foto Antara/Agus Alfian.

Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia (Gapmmi) mengungkapkan stok gula kristal rafinasi (GKR) sebagai bahan baku industri makanan dan minuman di Indonesia telah menipis dan sebagian telah habis. Ketua Umum Gapmmi Adhi S. Lukman telah melayangkan surat terkait hal tersebut kepada Menteri Perdagangan Agus Suparmanto.

"Stok bahan baku (raw sugar) telah menipis dan sebagian telah habis," kata Adhi dalam suratnya di Jakarta, Kamis (30/1).

Pada surat tertanggal 16 Januari 2020 dan bernomor 007/DPP/GAPMMI/IX/2019 itu, Adhi menuturkan, pihaknya khawatir pasokan akan terhenti dengan habisnya stok bahan baku para anggota Gapmmi. Meski demikian, Adhi tidak merinci posisi stok gula kristal rafinasi saat ini

Adhi memprediksi, pada semester I-2020, khususnya mendekati Ramadan pada April 2020, akan terjadi peningkatan kebutuhan gula rafinasi.

Untuk itu, Adhi berharap Menteri Perdagangan Agus Suparmanto dapat mempertimbangkan surat Asosiasi Gula Rafinasi Indonesia (AGRI) Nomor 007/AGRI/I/2020 tentang Penerbitan Persetujuan Impor Gula Mentah (raw sugar).