Gerakan tidak bayar pajak ancam pembangunan IKN

Kemenkeu dinilai telah banyak berubah sejak dipimpin Sri Mulyani.

Ilustrasi. Gerakan tidak bayar pajak ancam pembangunan IKN. Google Maps/Eko Prihayanto

Gerakan tidak bayar pajak bergulir buntut banyaknya pegawai Kementerian Keuangan (Kemenkeu) berharta fantastis dan memamerkan kekayaannya (flexing). Apalagi, banyak anak buah Menteri Keuangan (Menkeu), Sri Mulyani, yang belum menyetorkan Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN).

Ketua Tax Center Universitas Nasional (Unas) Jakarta, Erwin Indriyanto, memaklumi munculnya gelombang protes tersebut. Namun, dirinya mengingatkan, gerakan tidak membayar pajak akan berdampak buruk terhadap pembangunan dan perekonomi nasional.

"Gerakan itu sah-sah saja. Cuma kita sebagai warga negara yang baik, jangan dilakukan karena kalau riil terjadi, banyak dampak negatif," katanya kepada Alinea.id, Rabu (1/3).

"Selain biaya negara tidak tercapai, bisa jadi program-program pemerintah skala prioritas, seperti IKN dan infrastruktur yang mengarah masyarakat kecil, terganggu. Itu tidak kita inginkan bersama," imbuhnya.

Erwin melanjutkan, banyak perubahan yang dilakukan sejak Sri Mulyani menahkodai Kemenkeu, salah satunya adalah mendorong dilakukan audit kepada instansi pemerintah. "Sebelum era Sri Mulyani, kementerian tidak pernah diaudit. Itu lebih liar lagi."