Bisnis

Habis manis bisnis kuliner di Singapura: Agar tidak tekor pengusaha lari ke Johor

Tahun 2024 tercatat sebagai masa suram bagi F&B Singapura, dengan 3.047 usaha gulung tikar.

Minggu, 20 Juli 2025 20:07

Di balik kilau gemerlap kuliner Singapura, terselip realita pahit yang tengah mencengkeram industri makanan dan minuman (F&B). Lonjakan biaya sewa, krisis tenaga kerja, dan regulasi ketat membuat banyak pemilik restoran angkat tangan. Kini, arah kompas bisnis pun mulai bergeser ke seberang tambak—menuju Johor Bahru, Malaysia.

Govinda Rajan, koki asal Hyderabad sekaligus pendiri Mr Biryani, merasakan langsung tekanan itu. Setelah bertahun-tahun berjuang mempertahankan eksistensi restorannya di Singapura, ia membuka cabang pertamanya di Malaysia tiga bulan lalu. Baginya, langkah ini bukan sekadar ekspansi—tapi sebuah penyelamatan.

“Gerai-gerai saya di Singapura bertahan nyaris tanpa harapan. Johor memberi saya udara segar,” ujar Rajan, dikutip South China Morning Post.

Fenomena ini bukan cerita tunggal. Tahun 2024 tercatat sebagai masa suram bagi F&B Singapura, dengan 3.047 usaha gulung tikar—angka tertinggi dalam hampir dua dekade. Hanya dalam enam bulan pertama, sebanyak 1.404 restoran tutup. Beberapa bahkan datang dari nama-nama besar, seperti Crystal Jade di Holland Village dan restoran bintang Michelin, Poise.

Namun di sisi lain Tambak Johor, cerita berbeda tengah tumbuh. Para pengusaha kuliner mulai melihat Malaysia, khususnya Johor dan Kuala Lumpur, sebagai panggung baru yang lebih ramah dari segi biaya. Meski harga bahan baku bisa lebih tinggi, total operasional—termasuk sewa tempat dan upah pekerja—jauh lebih terkendali.

Fitra Iskandar Reporter
Fitra Iskandar Editor

Tag Terkait

Berita Terkait