Harga cetak rekor, demam emas masih berlanjut?

Harga emas dunia telah naik 37% dalam setahun terakhir.

Pandemi virus korona baru telah memukul perekonomian dunia. Dana Moneter Internasional (IMF) memprediksi pertumbuhan ekonomi dunia akan minus 4,9% pada 2020. Bahkan, beberapa negara telah jatuh ke jurang resesi seperti Amerika Serikat, Jerman, Perancis, Italia, Jepang, Korea Selatan, Singapura, Filipina, dan lainnya.

Di sisi lain, harga emas terus meningkat sepanjang tahun. Menurut data yang dihimpun dari goldprice.org per Sabtu (8/8) pukul 17.15 WIB, harga emas telah mencapai US$2.035,21/troy ounce (Rp29,95 juta/oz), setara dengan US$66,43/gram (Rp962.801/g) atau naik sebesar 35,69% selama setahun terakhir. Pada Kamis (6/8), harga emas dunia telah mencapai rekor tertingginya yaitu US$2.070,05/oz (Rp30,03 juta) atau US$66,5/g (Rp965.435/g).

Tingginya harga emas ini tak menyurutkan langkah Qonita (24) untuk membeli emas. Dia menyisihkan Rp100.000 sampai Rp300.000 per bulannya ke rekening tabungan emas Pegadaian selama setahun terakhir. Tabungan emas ini memungkinkannya untuk memiliki emas meski dengan kocek yang terbatas.

“Harga emas kan stabil, enggak kayak reksadana dan saham yang naik turun. Bahkan, saat saham dan reksadana turun, emas malah naik. Kalau mau jual ya enggak apa-apa. Selama ini aku agak takut di saham karena aku enggak begitu paham,” katanya kepada Alinea.id, Selasa (4/8).

Melihat tren kenaikan harga emas, dia mengaku tertarik menguangkan tabungan emas miliknya. Namun, Qonita akhirnya mengurungkan niat tersebut. Emas digital miliknya sengaja disimpan untuk membiayai pendidikan dan kesehatan keempat adiknya.