Hati-hati, analis rekomendasi kurangi bobot emiten semen

Tertekannya harga semen serta melemahnya daya beli diperkirakan memengaruhi kinerja saham emiten semen.

Investor saham, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berulangkali mencetak rekor sepanjang tahun ini. Sepanjang pekan terakhir, IHSG menguat menuju 6.000 poin. IHSG menguat 0,31 persen menjadi 5.924,12 poin dari 5.905,37 poin di penutupan akhir pekan sebelumnya. 

Kendati demikian, tak semua saham mencatat kinerja memuaskan. Salah satunya, emiten semen yang diperkirakan belum memiliki prospek cemerlang hingga akhir tahun ini. Samuel Sekuritas mengungkapkan investor bisa menerapkan strategi underweight atau mengurangi bobot emiten semen tahun ini.

Pendapatan emiten sektor ini terancam tertekan akibat melemahnya harga seiring kebijakan pemerintah yang menurunkan harga  Rp3.000 /sak sejak 2015. Di sisi lain, sektor properti juga masih lesu sehingga daya beli lemah. Pasalnya, permintaan semen terbesar berasal dari sektor residensial yang mencapai 70%.  

“Kami masih mempertahankan view underweight, dilatarbelakangi oleh potensi penurunan pendapatan akibat pelemahan harga jual, “ ujar Arandi Ariantara, analis dari Samuel Sekuritas dalam risetnya. 

Tak hanya itu, meningkatnya harga batubara juga diyakini turut memberatkan kinerja perusahaan sektor ini. Kondisi itu akan menaikkan beban produksi mengingat harga semen merupakan beban produksi utama perusahaan semen.