sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Hati-hati, analis rekomendasi kurangi bobot emiten semen

Tertekannya harga semen serta melemahnya daya beli diperkirakan memengaruhi kinerja saham emiten semen.

Awan gunawan
Awan gunawan Selasa, 17 Okt 2017 12:12 WIB
Hati-hati, analis rekomendasi kurangi bobot emiten semen

Investor saham, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berulangkali mencetak rekor sepanjang tahun ini. Sepanjang pekan terakhir, IHSG menguat menuju 6.000 poin. IHSG menguat 0,31 persen menjadi 5.924,12 poin dari 5.905,37 poin di penutupan akhir pekan sebelumnya. 

Kendati demikian, tak semua saham mencatat kinerja memuaskan. Salah satunya, emiten semen yang diperkirakan belum memiliki prospek cemerlang hingga akhir tahun ini. Samuel Sekuritas mengungkapkan investor bisa menerapkan strategi underweight atau mengurangi bobot emiten semen tahun ini.

Pendapatan emiten sektor ini terancam tertekan akibat melemahnya harga seiring kebijakan pemerintah yang menurunkan harga  Rp3.000 /sak sejak 2015. Di sisi lain, sektor properti juga masih lesu sehingga daya beli lemah. Pasalnya, permintaan semen terbesar berasal dari sektor residensial yang mencapai 70%.  

“Kami masih mempertahankan view underweight, dilatarbelakangi oleh potensi penurunan pendapatan akibat pelemahan harga jual, “ ujar Arandi Ariantara, analis dari Samuel Sekuritas dalam risetnya. 

Tak hanya itu, meningkatnya harga batubara juga diyakini turut memberatkan kinerja perusahaan sektor ini. Kondisi itu akan menaikkan beban produksi mengingat harga semen merupakan beban produksi utama perusahaan semen. 

Naik Tipis

Penjualan semen sejak awal tahun hingga Agustus 2017 hanya naik sekitar 8% secara year on year (yoy),  didorong pertumbuhan konsumsi di Jawa dan Sumatera. Semen curah tumbuh 7% atau lebih tinggi dibandingkan,  semen kantong yang mencapai 5% secara yoy di bulan Agustus. 

"Proyek infrastruktur menjadi katalis pertumbuhan, namun harga jual masih tertekan," ujar Arandi.

Sponsored

Di Agustus, daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur berkontribusi 50% dari total penjualan semen di pulau Jawa dan menjadi pendorong utama pertumbuhan penjualan semen. Permintaan semen di Jawa Tengah tumbuh 16% yoy ke 5,6 juta ton, sedangkan Jawa Timur tumbuh 15% yoy ke 6,1 juta ton. 

“Pertumbuhan ini kami perkirakan disebabkan oleh proyek infrastruktur pemerintah yang sedang berjalan di kedua daerah tersebut,”paparnya.

Permintaan semen di Sumatra bagian selatan menjadi katalis pertumbuhan penjualan di pulau Sumatera. Permintaan di Jambi tumbuh 23% yoy, Bengkulu 26% yoy dan Lampung tumbuh 17% yoy. Ketiga daerah ini berkontribusi 27% dari total penjualan semen di pulau Sumatera.

 “Pertumbuhan semen di daerah tersebut kami sinyalir didorong oleh pembangunan infrastruktur untuk menunjang event Asian Games yang akan digelar di 2018,” urainya.

Khusus untuk emiten,yaitu PT Semen Indonesia Tbk (SMGR), penjualannya tumbuh 10% yoy menjadi 18,2 juta ton. Pertumbuhan pendapatan SMGR terjadi di tengah harga semen SMGR yang turun 8% yoy ke Rp 730.837/ton.   sementara PT Indocement Tunggal Perkasa Tbk (INTP) tumbuh 2% yoy menjadi sebesar 10,5 juta ton.  Saat ini SMGR masih menjadi pemain dominan dengan pangsa pasar sebesar 42%, sementara INTP meraih pangsa pasar 25%.

Berita Lainnya
×
tekid