Impor beras serampangan yang tak bisa tekan harga beras mahal

Impor beras Indonesia naik gila-gilaan. Namun, harga beras justru terbang semakin tinggi.

Ilustrasi beras. Foto Freepik.

Indonesia mengalami peningkatan besar dalam impor beras, seiring upaya pemerintah untuk menambah stok bahan kebutuhan pokok itu. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, volume impor beras nasional pada Januari 2024 mencapai 443.000 ton, naik 82% dibanding tahun sebelumnya yang hanya sebesar 243.660 ton. Dari sisi nilai, impor beras di awal tahun mencapai US$279,2 juta atau sekitar Rp4,3 triliun, melonjak 135,1% dari impor pada Januari 2023, yang hanya sebesar US$118,7 juta atau sekitar Rp1,85 triliun.

Meski beras dari Thailand, Vietnam, Pakistan, dan Myanmar telah membanjiri Indonesia, namun harga komoditas pangan utama itu belum juga terkendali. Sebaliknya, harga beras justru terbang semakin tinggi, karena pasokan yang masih seret di pasaran.

Berdasar Panel Harga Badan Pangan, harga beras premium pada Senin (19/2) tercatat berada di level Rp16.090 per kilogram (kg), naik 0,44% dari Senin pekan lalu yang hanya seharga Rp15.750 per kilogram. Sementara beras medium, pada periode yang sama tercatat ada di harga Rp14.080 per kilogram, naik 0,64% dari harga Senin (12/2) lalu yang senilai Rp13.830 per kg.

Pada awal Januari lalu, Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi mengungkapkan, alasan pemerintah membuka keran impor beras di awal tahun adalah sebagai langkah antisipasi untuk menjaga agar harga beras tidak terkerek terlalu tinggi. Apalagi, produksi beras pada Januari dan Februari diperkirakan akan tipis, seiring dengan masa tanam padi pada Oktober dan November yang juga minim akibat curah hujan rendah, terimbas El-Nino.

“Defisit beras pada Januari-Februari 2024 masing-masing diperkirakan sebesar 1,61 juta ton dan 1,22 juta ton. Kondisi ini dapat menyebabkan eskalasi harga beras. Impor beras merupakan alternatif pahit, tapi harus kita lakukan,” kata Arief, dalam keterangan resminya, dikutip Senin (19/2).