Inflasi di desa lebih tinggi dibanding kota, sektor pertanian jadi pemicu

Inflasi di desa disumbang dari sektor pertanian, di mana masyarakat di desa utamanya bermata pencaharian dari sektor tersebut.

Petani memilah padi untuk dipanen di lahan sawah kawasan Jakabaring Palembang, Jumat (19/10/2018). Antara Foto

Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan pada Oktober 2018 inflasi yang terjadi di desa ternyata lebih tinggi dibanding di perkotaan. Mirisnya, inflasi justru disumbang dari sektor pertanian, di mana masyarakat di desa utamanya bermata pencaharian dari sektor tersebut.

Kepala BPS, Suhariyanto, mengatakan faktor terjadinya inflasi di pedesaan sama halnya dengan perkotaan, yakni didorong dari beberapa bahan di sektor pertanian. Itu seperti beras yang naik sebesar 0,35%. Angka ini lebih tinggi dibanding di kota yang hanya sebesar 0,28%. Kemudian cabai merah yang naik sebesar 0,14%. Sementara di kota hanya 0,09%.

“Jadi, utamanya hampir sama, yakni cabai merah, cabai rawit, bensin, dan rokok kretek. Rokok filter sumbang 0,02%," kata Suhariyanto di Jakarta pada Kamis, (1/11).

Suhariyanto menjelaskan, sumbangan kenaikan harga beras terhadap inflasi di pedasaan sebesar 0,05 persen atau lebih tinggi dari perkotaan yang sebesar 0,01 persen.

“Kita tahu, petani kita ada yang simpan, ada juga yang dijual langsung (berasnya), kemudian dia beli lagi di pasar. Jadi, seperti ada sumbangan untuk kota,” ujarnya.