Ipsos: GoPay pimpin pasar dompet digital tanpa bakar uang

Sebanyak 54% pengguna GoPay menyatakan tidak akan beralih meskipun tidak ada promo.

Research Director Customer Experience, lpsos Indonesia Olivia Samosir (kanan), Business Development Advisor Bursa Efek Indonesia Poltak Hotradero (tengah), dan Managing Director GoPay, Budi Gandasoebrata dalam diskusi bertajuk "Evolusi lndustri Dompet Digital: Strategi Menang Tanpa Bakar Uang" di Jakarta, Rabu (12/2/2020). Foto Antara/ Zubi Mahrofi.

Perusahaan riset global asal Prancis Ipsos menyebutkan GoPay mampu menjadi pemimpin pasar (market leader) dompet digital di Indonesia meski tidak ada promo atau "bakar uang". Research Director Customer Experience Ipsos Indonesia, Olivia Samosir memaparkan sebanyak 54% generasi muda sebagai partisipan riset menyatakan akan terus menggunakan GoPay meski tidak ada promo.

"Penelitian ini unik karena pertama kalinya kami menanyakan ke konsumen generasi muda tentang kesediaan mereka untuk tetap menggunakan dompet digital tanpa promo. Kategori konsumen ini bisa disebut sebagai pengguna organik," kata Olivia Samosir, saat memaparkan hasil penelitian Evolusi Dompet Digital: Strategi Menang Tanpa Bakar Uang di Jakarta, Rabu (12/2).

Menurut dia, pengguna organik merupakan tulang punggung bisnis dompet digital yang dapat membuat bisnis menjadi berkesinambungan. Dari hasil penelitian Ipsos, GoPay memiliki pengguna organik dalam jumlah dominan. Dari seluruh pengguna organik, sebesar 29% akan tetap menggunakan OVO, sebesar 11% tetap menggunakan Dana, dan 6% menggunakan LinkAja.

"Hasil temuan kami menemukan bahwa loyalitas konsumen untuk tetap menggunakan dompet digital tanpa promo tergantung pada kualitas layanan," ujar Olivia.

Olivia menuturkan survei yang dilakukan dengan metode random sampling dan tatap muka itu, GoPay unggul di mayoritas parameter kualitas layanan dompet digital, di antaranya aspek keamanan (76%), kepraktisan (77%), inovasi (72%), layanan pelanggan (73%), dan dapat diterima atau bisa digunakan di mana-mana (76%).