Kadin: Penutupan impor barang dari China butuh substitusi

Tidak semua negara bisa mengekspor produk seperti yang dilakukan China ke Indonesia dalam jumlah besar dan dalam waktu singkat.

Pedagang menata jeruk impor yang dijual di kawasan Glodok, Jakarta Barat, Senin (27/1/2020). Foto Antara/Sigid Kurniawan.

Wakil Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) bidang Hubungan Internasional Shinta Widjaja Kamdani menyampaikan bahwa kebijakan penghentian impor komoditas sementara dari China terkait wabah virus corona perlu transisi yang memadai. Transisi ini dibutuhkan agar pelaku usaha bisa mengatur peralihan perdagangan dengan mencari substitusi impor dengan baik.

“China selama ini memiliki market share terbesar untuk mensuplai produk buah dan sayuran impor ke Indonesia, sehingga apabila dihentikan harus ada proses transisi yang memadai,” kata di Jakarta, Selasa (4/2).

CEO Sintesa Group ini menyampaikan, transisi tersebut penting bukan hanya untuk meminimalisir kerugian di pihak pelaku usaha, tetapi juga untuk memastikan tidak ada kekosongan atau kekurangan pasokan pangan di pasar. Sebab, Shinta khawatir hal tersebut akan membuat lonjakan harga pangan bagi masyarakat.

Lebih lanjut, Shinta juga mengatakan, antisipasi impor perlu segera diputuskan, mengingat tidak semua negara bisa mengekspor produk seperti yang dilakukan China ke Indonesia dalam jumlah besar dan dalam waktu singkat.

Dia menambahkan, dampak yang lumayan besar diprediksi akan terjadi di sektor ritel, karena buah dan sayur yang biasa diimpor dari negeri tirai bambu, akan langsung dikonsumsi oleh masyarakat.