Kebijakan PSBB berpotensi ciptakan kemiskinan struktural

Pandemi Covid-19, jauh lebih berdampak bagi warga miskin perkotaan daripada yang berada di pedesaan.

Tuna wisma menarik gerobaknya saat melintas di kawasan H. Agus Salim, Jakarta, Rabu (15/4).Foto Antara/M Risyal Hidayat/foc.

Kebijakan Pembatasan Skala Berskala Besar (PSBB) dinilai menciptakan kemiskinan struktural karena kebijakan PSBB menghentikan sumber penghasilan.

“Jadi, kemiskinan (baru) itu muncul karena kebijakan (PSBB),” ujar Sosiolog dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Derajad Sulistyo Widhyharto saat dihubungi, Sabtu (25/4).

Pandemi Covid-19, jauh lebih berdampak bagi warga miskin perkotaan daripada yang berada di pedesaan. Pekerjaan warga miskin perkotaan biasanya lekat dengan kerumunan. Misalnya, pedagang di pasar. Mungkin itu sebabnya konsep physical distancing tidak berjalan di perkampungan warga miskin perkotaan yang padat.

Itulah sebabnya ekspos media terhadap ojek online (ojol) sebagai kalangan paling terdampak coronavirus baru (Covid-19) dinilainya keliru.

Derajad mengungkapkan, kebijakan PSBB paling berdampak terhadap warga miskin perkotaan yang bekerja di sektor nonojol. Pasalnya, pekerjaannya berada di sektor informal dan berupah harian. Sementara ojol masih bisa bertahan hidup dengan mengantarkan makanan. Bahkan, solidaritas komunal ojol terbilang bagus.