LPS: Inklusi keuangan Indonesia terburuk di ASEAN

Berdasarkan data Bank Dunia, hanya 48% masyarakat Indonesia berumur 15 tahun ke atas yang melakukan pembukaan rekening.

Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) mencatat akses masyarakat Indonesia terhadap jasa keuangan atau inklusi keuangan masih tertinggal jika dibandingkan negara di kawasan Asia Tenggara (ASEAN). / Antara Foto

Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) mencatat akses masyarakat Indonesia terhadap jasa keuangan atau inklusi keuangan masih tertinggal jika dibandingkan negara di kawasan Asia Tenggara (ASEAN) seperti Singapura, Malaysia, Thailand, bahkan Filipina. 

Berdasarkan data Bank Dunia, hanya 48% masyarakat Indonesia berumur 15 tahun ke atas yang melakukan pembukaan rekening. Padahal, sektor jasa keuangan memiliki peran yang penting terhadap pertumbuhan ekonomi.

"Saat ini Indonesia masih dihadapkan pada masalah pendalaman di sektor jasa keuangan tersebut. Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang stagnan di kisaran 5% membutuhkan upaya untuk mencegah berlanjutnya situasi. Sektor jasa keuangan merupakan salah satu sektor penting yang berperan di dalamnya," ujar Ekonom LPS Destry Damayanti di Century Park, Jakarta Selatan, Selasa (26/3).

Ia menjelaskan isu pendalaman keuangan adalah hal penting yang perlu diangkat mengingat kondisi sektor keuangan Indonesia masih didominasi oleh perbankan dengan 115 bank umum dan 1.593 Bank Perkreditan Rakyat (BPR) yang menguasai 77,15% pangsa pasar aset. 

Sementara itu, terkait penyaluran kreditnya sendiri tercatat terus-terusan mengalami peningkatan hingga yang mencapai 41% selama empat tahun terakhir.