Nasib brand terafiliasi Israel kala gerakan boikot kian masif

Brand terafiliasi Israel di tanah air belum terdampak besar dari aksi boikot

Warga Palestina mengevakuasi korban luka pasca serangan udara Israel di kamp pengungsi Rafah, Jalur Gaza selatan, Kamis, 12 Oktober 2023. AP Photo/Hatem Ali.

Konflik antara Israel dan Palestina kembali memanas sejak tiga minggu terakhir. Selama periode 7 Oktober sampai 1 November, serangan brutal Israel telah membunuh lebih dari 8.900 warga Palestina. Di mana korban paling banyak jatuh di Jalur Gaza, yakni 8.805 orang tewas dan 22.240 orang luka-luka. Sementara di Tepi Barat (West Bank), korban jiwa berjumlah 208 orang dan korban luka sebanyak 2.274. 

Parahnya, dalam 25 hari perang, 3.600 anak-anak Palestina tewas di Gaza. Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Save The Children menyebut, jumlah korban anak yang jatuh dari 7-29 Oktober bahkan melebihi total korban anak yang tewas dalam berbagai konflik di dunia sejak 2019. Menurut laporan dari Sekretaris Jenderal PBB tentang anak-anak dan konflik bersenjata, total korban anak di 24 negara di 2022 berjumlah 2.985 jiwa, 2.515 pada 2021 dan 2.674 di tahun 2020. 

“Kematian satu anak saja sudah terlalu banyak, namun ini adalah pelanggaran berat yang sangat besar,” kata Direktur Save the Children untuk wilayah Palestina Jason Lee, dikutip dari Al Jazeera, Selasa (1/11). 

Israel, di sisi lain mengklaim bahwa serangan yang dijatuhkannya di Jalur Gaza adalah untuk meruntuhkan kelompok militer Hamas. Selain itu, Israel juga menyalahkan Hamas karena beroperasi di lingkungan perumahan yang penuh sesak. 

Aksi kekejaman Israel ini mendapat kecaman keras dari dunia, termasuk masyarakat Indonesia. Tidak hanya itu, penduduk dunia juga ramai-ramai menyerukan gerakan boikot produk atau perusahaan yang terafiliasi dengan Israel atau yang disebut Boycott, Divestment and Sanction (BDS).