Pasar kripto anjlok: Menyerah atau serok di harga murah?

Investor harus berhati-hati dan menyiapkan strategi jitu menghadapi musim dingin kripto.

Ilustrasi Alinea.id/Aisya Kurnia.

Euforia aset kripto di masa pandemi menemui batu sandungannya. Pasar kripto global masih terus mengalami tren penurunan atau sering disebut sebagai bearish sejak November 2021. Meski sempat menguat pada April lalu, harga mata uang kripto kembali terjerembab dan berjalan di zona merah hingga hari ini.

Para analis pun sepakat masa ini memasuki musim dingin kripto (crypto winter) yang ditandai dengan anjloknya harga-harga koin-koin besar seperti Bitcoin, Ethereum, dan lainnya. Pengetatan kebijakan Bank Sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed) menjadi salah satu penyebabnya.

“Jika The Fed terus meningkatkan suku bunga acuannya, resesi akan segera terjadi, penurunan ekuitas, serta membawa pasar kripto dalam kejatuhan,” kata Wakil Presiden WazirX Rajagopal Menon, kepada FinancialExpress.com, seperti dikutip Alinea.id, Sabtu (18/6).

Rabu (15/6) pekan lalu, The Fed resmi menaikkan suku bunga acuannya (Fed Funds Rate) sebesar 75 basis poin (bps), menjadi di rentang 1,5%-1,75%. Ini adalah kali ketiga bank sentral AS menaikkan suku bunganya sejak Maret 2022, setelah inflasi negara tersebut melonjak hingga 8,6% pada bulan lalu, tertinggi dalam 41 tahun terakhir.

“(Kenaikan suku bunga-red) ini bukan yang terakhir, karena The Fed diperkirakan menaikkan suku bunga sampai 6 kali untuk menekan inflasi,” ujar Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi kepada Alinea.id, Selasa (21/6).