Pasar modal Indonesia terburuk di dunia pada 2019

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) hanya tumbuh 1,7% dan menduduki urutan 31 dari 36 bursa utama dunia sepanjang 2019.

Menteri Keuangan Sri Mulyani (tengah) bersama Menteri Perdagangan Agus Suparmanto (kedua kiri), Wakil Ketua Dewan Komisioner OJK Nurhaida dan Direktur Utama BEI Inarno Djajadi menghadiri penutupan perdagangan saham 2019 di gedung Bursa Efek Indonesia Jakarta, Senin (30/12). Pada penutupan perdagangan saham 2019, IHSG ditutup pada level 6.299 atau naik 1,7% dari perdagangan awal tahun (year on date). / Antara Foto

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) hanya tumbuh 1,7% dan menduduki urutan 31 dari 36 bursa utama dunia sepanjang 2019.

Pasar modal Indonesia sepanjang 2019 tercatat hanya lebih baik dari Chile (turun 8,55%), Malaysia (turun 4,43%), Polandia (naik 0,54%), Thailand (naik 0,99%), dan Qatar (naik 1,62%).

Pertumbuhan tertinggi dicapai oleh bursa saham Argentina yang melejit 37,6%. Disusul kemudian oleh bursa Irlandia yang bertambah 32,85% sepanjang tahun 2019.

Tahun babi tanah memang telah usai. Asa melihat IHSG menutup tahun dengan manis, tak jadi nyata. IHSG akhir tahun justru terkoreksi, berakhir di zona merah.

Senin (30/12) sore, indeks menyudahi perjalanan sepanjang tahun ini di level 6.299,54. Level tersebut naik 105,04 poin dibandingkan posisi indeks pada penutupan perdagangan tahun lalu 6.194,5. IHSG hanya mampu terungkit tipis yakni tumbuh 1,7% (year-to-date).