Pembelaan Sri Mulyani atas kondisi ekonomi di awal 2019

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati di hadapan anggota dewan memaparkan kondisi ekonomi Indonesia pada awal 2019.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengakui kondisi ekonomi di tanah air pada paruh pertama 2019 belum membaik. Alinea.id/Nanda Aria

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengakui kondisi ekonomi di tanah air pada paruh pertama 2019 belum membaik. Hal ini, menurut Sri Mulyani, merupakan dampak dari ketidakpastian ekonomi global sejak 2018.

"Jadi kenaikan suku bunga The Federal Reserve (The Fed) di 2018, yang menimbulkan capital outflow dan menyebabkan ketidakpastian di 2019, ekonomi dunia menjadi lemah. Bukan karena datang sendiri," katanya usai Rapat Paripurna di Gedung DPR RI, Jakarta, Selasa (20/8).

Pada 2018, ketidakpastian ekonomi global telah membuat sektor manufaktur melemah di seluruh dunia termasuk di China. Selain itu, ketegangan politik yang terjadi di Hongkong dan juga Argentina telah turut mempengaruhi perlambatan perekonomian global.

Di dalam negeri, pada 2018, nilai tukar rupiah merosot dari asumsi Rp13.400 ke Rp14.000 dolar AS. Sementara, pertumbuhan ekonomi hanya mencapai 5,17% dari yang ditargetkan 5,4%. Lifting minyak hanya mencapai 778.000 barel per hari dari target sebanyak 800.000 barel per hari, dan lifting migas hanya mencapai 1.145.000 barel per hari, dari target 1.200.000 per barel.

Dengan kondisi seperti ini, kata Sri Mulyani, ke depan pemerintah harus membuat berbagai kebijakan demi mendongkrak perekonomian Indonesia. “ Jangan sampai apa yang terjadi pada 2018 terulang,” kata dia.