Pemulihan mal tersandung protokol dan lemahnya daya beli

Mal kembali dibuka saat kasus positif Covid-19 sedang tinggi-tingginya. Sementara daya beli masyarakat belum pulih sepenuhnya.

Sabtu (25/7) malam, Fey (21 tahun) seorang mahasiswi tingkat akhir di Universitas Bina Nusantara (Binus) terlihat santai menikmati sebotol bir di salah satu kafe outdoor di Lippo Mall Puri, Jakarta Barat. Persis di sampingnya sekantung belanja bermerek Guess tergeletak di meja.

Hari itu, kata Fey, sudah kedua kalinya ia berkunjung ke mal pasca-pusat perbelanjaan kembali dibuka 15 Juni lalu. Dua kali merupakan angka yang sedikit bagi Fey. Sebab pada masa sebelum pandemi, hampir setiap pekan ia selalu berkunjung ke mal. Entah untuk berbelanja atau sekadar ‘cuci mata’.

Berbeda dengan sekarang, Fey datang ke mal jika ada kebutuhan penting saja. “Lebih ada tujuan pasti sih sekarang, mau belanja atau apa gitu. Kalau dulu kan lebih kaya cuma mau jalan-jalan saja,” tutur Fey kepada Alinea.id.

Sejauh ini, Fey mengaku masih cukup khawatir dengan tingginya kasus penularan Covid-19 di Indonesia. Bahkan, ia juga takut kalau mal justru menjadi klaster baru penyebaran virus Sars-Cov2.

Kekhawatiran itu tampak jelas dari cara Fey memilih tempat duduk. Ia sengaja duduk di meja yang paling sepi dan jauh dari keramaian. Bahkan, ia tetap menggunakan masker kendati tidak ada satu orang pun yang berada di dekatnya.