Pengamat jelaskan penyebab surplus di Maret

Salah satunya disebabkan oleh delay effect perdagangan RI dengan pasar-pasar tradisionalnya, terutama China.

Aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Senin (15/4)./Antara Foto

Neraca perdagangan Indonesia yang surplus US$540 juta sepanjang Maret 2019 lalu, diyakini terdampak langsung oleh delay effect perdagangan RI dengan pasar-pasar tradisionalnya, terutama China.

"Selama Februari 2019 lalu, transaksi perdagangan China secara menyeluruh sempat libur dua minggu lebih, hal itulah yang pada akhirnya membuat mereka melakukan kompensasi transaksi di Februari yang tertunda di Maret," ujar Pengamat Ekonomi dari Universitas Indonesia Fithra Faisal kepada Alinea.id melalui wawancara via telepon genggam.

Sebagaimana mengutip data Bea Cukai China pada Februari 2019 lalu, tercatat penurunan perdagangan di China terutama untuk ekspor hingga 20,7%. Penurunan ini merupakan yang terparah sejak 2016. Demikian pula dengan impor China, sepanjang Februari 2019, terjadi penurunan sebesar 5,2% dan melebar sebanyak 1,5% dibandingkan Januari 2019.

Hal ini kemudian berdampak linear terhadap transaksi ekspor-impor Indonesia yang tercatat ikut menurun sepanjang Februari 2019. Meski secara keseluruhan juga tercatat surplus US$330 juta.

"Pola ini akhirnya terlihat juga pada transaksi ekspor-impor, selama Februari 2019 juga sama-sama turun," katanya.