Potret kebijakan stunting dan pertaruhan Indonesia Emas 2045

Kebijakan penanganan stunting mesti terukur demi menciptakan SDM unggul jelang Indonesia Emas 2045

Ilustrasi Alinea.id/Firgie Saputra.

Sebuah video viral menggambarkan menu Program Pemberian Tambahan Makanan (PMT) Kota Depok, Jawa Barat beberapa waktu lalu. Seorang perempuan menarasikan menu PMT yang hanya terdiri dari dua potong tahu dan kuah serta tiga potong perkedel. Makanan tersebut dikemas dalam wadah kecil, dengan stiker Wali Kota dan Wakil Wali Kota Depok Mohammad Idris dan Imam Budi Hartono tertempel di tutupnya. 

Selain menu tersebut, warga Depok juga melaporkan, menu lain. Di antaranya, bubur, bola-bola singkong dan kentang, makaroni telur puyuh, nugget tempe, dan bola-bola nasi wortel. Usut punya usut, makanan itu termasuk dari Program PMT Kota Depok, yang semula bakal dilaksanakan sejak 10 November hingga 7 Desember 2023. Sasaran program ini ialah balita berusia 6 sampai 59 bulan dengan kategori gizi kurang, berat badan kurang, tengkes (stunting), dan berat badan stagnan atau tidak naik. 

Menu kelewat sederhana ini lantas menuai kritik masyarakat. Bagaimana tidak, dengan anggaran jumbo dan alokasi dana untuk makanan setiap harinya yang tidak sedikit, makanan yang diberikan Pemerintah Kota (Pemkot) Depok jauh dari pemenuhan standar kebutuhan gizi. 

“Anakku tiap hari dikirimi makanan pakai stoples yang ada stiker Pak Wali begini. Kemarin dapat nugget, ekspektasi kita nugget ayam, ternyata tempe. Terus kemarin-kemarinnya sup tahu putih sama sawi ijo. Bener-bener tahu direbus doang, kirain tengahnya ada adonan baksonya,” kisah Nurul Kurnia Sari (30), kepada Alinea.id, Jumat (24/11). 

Ibu tiga anak itu semakin kaget ketika menu-menu yang diterima anaknya viral di media sosial. Bahkan, ia tak menyangka bahwa alokasi makanan untuk satu hari itu sebesar Rp18.000. Padahal, menurutnya, jika dikalkulasikan menu yang diterimanya hanya menghabiskan dana di kisaran Rp9.000 atau Rp10.000.