Ramalan bisnis properti di tahun pemilu, masih suram?

Sektor properti global dan dalam negeri suram di tahun 2023. Bagaimana pada tahun 2024?

Ilustrasi properti. Foto Freepik.

Konsesus 10 bank investasi dan pialang saham, termasuk Goldman Sachs Group Inc, Morgan Stanley dan UBS Group AG memperkirakan, kemerosotan di sektor properti China akibat jatuhnya raksasa properti Evergrande diperkirakan bakal berlanjut pada 2024. Pada tahun lalu, krisis yang dialami perusahaan properti ini membuat penjualan rumah baru turun ke level 6%, menjadi yang paling rendah sejak 2016.

Dengan krisis ini, The Indonesia Economic Intelligence (IEI) meramal penjualan properti Beijing masih akan mengalami kontraksi selama 12 bulan hingga 18 bulan ke depan. Agar sektor properti tidak semakin menekan perekonomian China, pemerintah pun berusaha melikuidasi Evergrande melalui likuidator dari Hong Kong.

“Pemulihan sektor properti di China diperkirakan akan terjadi pada tahun ini, tapi terbatas. Pemulihan terutama akan dialami oleh perusahaan properti yang berstatus BUMN (Badan Usaha Milik Negara),” kata Chief Economist IEI Sunarsip, kepada Alinea.id, Rabu (31/1).

Sementara itu, perusahaan properti swasta diperkirakan masih akan menghadapi tekanan akibat keterbatasan sumber keuangan dan akses pendanaan.

Di dunia, pertumbuhan sektor properti juga tidak lebih baik dari China. Hal ini tercermin dari perkembangan harga properti global yang tidak mengalami pertumbuhan signifikan, seiring dengan lemahnya pertumbuhan ekonomi dunia di sepanjang tahun lalu.