Rupiah anjlok terlemah sejak 2015 ke level Rp14.662/US$. Berbahayakah?

Meski kurs rupiah anjlok terlemah sejak September 2015 ke level Rp14.662 per dollar Amerika Serikat, Bank Indonesia menilai masih terkendali

Di pasar spot, rupiah telah terdepresiasi 8,07% sejak awal tahun. Selama 52 pekan, rupiah tercatat bergerak pada rentang Rp13.126-Rp14.662 per dollar AS. / Istimewa

Meski kurs rupiah anjlok terlemah sejak September 2015 ke level Rp14.662 per dollar Amerika Serikat, Bank Indonesia menilai masih terkendali.

Depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dollar AS sejak awal tahun telah mencapai 8,07% year-to-date (ytd). BI mencatat, pelemahan rupiah masih lebih baik bila dibandingkan dengan negara-negara emerging market lain, bahkan jauh lebih rendah dari 2013 dan 2015.

Gubernur BI Perry Warjiyo menjelaskan, depresiasi rupiah sebesar 8% nyaris sama dengan peso Filipina. Bahkan, depresiasi rupiah lebih rendah dari rupee India yang terkoreksi 9% ytd.

"Kalau kita lihat masalah stabilisasi nilai tukar itu, jangan hanya dilihat dari rupiahnya sendiri. Tapi, bandingkan dengan negara lain juga. Sehingga stabilitas nilai tukar, kami sampaikan year to date-nya itu relatif lebih rendah dengan negara lain," kata Perry saat ditemui di kantor Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Jakarta, Jumat (24/8). 

Dia menjelaskan, pengerekan suku bunga acuan BI 7-days reverse repo rate (BI 7DRRR) menjadi instrumen untuk menarik pasar keuangan. Kebijakan itu telah menumbuhkan masuknya dana asing, khususnya pada Surat Berharga Negara (SBN) jangka panjang.