Saran Profesor Riset Balitbangtan soal pengembangan jagung

Selama ini banyak VUH jagung yang dilepas diperuntukkan lahan optimal, sedangkan program pemerintah menyasar lahan baru.

Mantan Kepala Balitsereal Balitbangtan Kementan, Muhammad Azrai. Dokumentasi Balitbangtan Kementan

Mantan Kepala Balai Penelitian Tanaman Serealia (Balitsereal), Muhammad Azrai, merupakan satu dari tiga Peneliti Utama Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) yang dikukuhkan sebagai Profesor Riset, Jumat (28/1) lalu.

Pemberian gelar tersebut menjadikan Azrai sebagai Profesor Riset ke-162 di lingkungan Kementerian Pertanian (Kementan) dan Profesor Riset ke-633 secara nasional. Bahkan, dia menjadi profesor termuda di Balitbangtan mengingat usianya baru 50 tahun saat dikukuhkan.

Azrai mengangkat judul "Inovasi Varietas Hibrida Nasional Berdaya Saing Mewujudkan Swasembada Jagung Berkelanjutan" dalam orasinya dalam acara pengkuhan.

Dalam paparannya, dirinya menyatakan, selama ini banyak varietas unggul hibrida (VUH) jagung yang dilepas diperuntukkan lahan optimal. Adapun program pemerintah diarahkan pada lahan baru, yang umumnya berupa lahan suboptimal.

Oleh karena itu, menurut periset kelahiran Bone ini, perakitan dan penyediaan VUH jagung spesifik agroekosistem merupakan tantangan utama dalam pengembangan VUH jagung. Pangkalnya, target lingkungan berkaitan langsung dengan ekspresi potensi genetik dari varietas yang dikembangkan.