Sektor pariwisata Bali masih akan terkontraksi, wisatawan domestik jadi tumpuan

Perekonomian Bali masih dalam tekanan berat akibat pandemi Covid-19.

Ilustrasi Bali/Pixabay

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Provinsi Bali pada 2020 terendah secara nasional dengan kontraksi sebesar 9,31% (yoy) lantaran terdampak pandemi Covid-19.

Bali yang menggantungkan perekonomiannya dari sektor pariwisata mengalami hantaman keras setelah pengetatan dan pembatasan mobilitas orang diberlakukan di dalam negeri, sehingga wisatawan mancanegara maupun domestik terganggu.

Berdasarkan laporan dari Bank Indonesia (BI) bertajuk "Perkembangan dan Outlook Perekonomian Bali" edisi Mei 2021 terlihat bahwa perekonomian Bali masih mengalami tekanan yang berat.

Pada kuartal I-2021 mayoritas lapangan usaha masih menunjukkan pertumbuhan negatif secara kuartalan atau quartal to quartal (qtq). Misalnya, sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan masih minus 5,81%; Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib minus 15,87%; dan Jasa Pendidikan minus 12,32%.

Sehingga, produk domestik regional bruto (PDRB) Bali pada kuartal I-2021 masih mengalami kontraksi 5,24%. Meski lebih baik dibandingkan dengan PDRB di periode yang sama tahun lalu dengan minus 7,72%.

Pada kuartal I-2021 seluruh komponen permintaan dalam perekonomian Bali mengalami kontraksi. Hal ini dipicu oleh penurunan konsumsi rumah tangga yang terkontraksi 3,73%. Di sisi lain konsumsi pemerintah juga mengalami kontraksi hingga 21,04%.