Soal sawit, Indonesia akan lebih offensive hadapi Eropa

Indonesia akan mempersoalkan penggunaan minyak nabati dari jenis nabati lainnya, seperti rapeseed, soybean, dan sunflower.

Buruh memuat tandan buah segar (TBS) kelapa sawit di lahan perkebunan Merlung, Tanjungjabung Barat, Jambi, Minggu (29/10/2017). Foto Antara/Wahdi Septiawan

Direktur Utama Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS), Eddy Abdurrachman, menyatakan, Indonesia akan lebih menyerang (offensive) dalam melawan diskriminasi terhadap sawit di Eropa. Kilahnya, "Benua Biru" tengah mengintensifkan kampanye hitam (black campaign) terhadap produk sawit tanah air.

"Selama ini, strategi yang kita lakukan dalam rangka black campaign terhadap produk sawit ini selalu sifatnya defensif. Jadi, kita akan mengubah strategi, kita attack seperti yang disampaikan oleh Bapak Presiden," katanya dalam telekonferensi, Sabtu (6/2).

Menurut Eddy, perubahan strategi sangat penting untuk membela sawit Indonesia agar cita-cita meluaskan pangsa pasar dan meningkatkan penjualan produk unggulan tersebut terealisasi.

"Kalau hal defensif ini kita lakukan terus-menerus, ini tidak akan menang. Jadi, kita harus ubah strategi untuk membela komoditas kita," ujarnya. 

Dia menjelaskan, upaya offensive yang akan dilakukan pemerintah di antaranya mempermasalahkan penggunaan minyak nabati dari jenis komoditas lain di pasar global, seperti pemakaian rapeseed, soybean, hingga sunflower