sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Soal sawit, Indonesia akan lebih offensive hadapi Eropa

Indonesia akan mempersoalkan penggunaan minyak nabati dari jenis nabati lainnya, seperti rapeseed, soybean, dan sunflower.

Nanda Aria Putra
Nanda Aria Putra Sabtu, 06 Feb 2021 16:26 WIB
Soal sawit, Indonesia akan lebih <i>offensive</i> hadapi Eropa

Direktur Utama Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS), Eddy Abdurrachman, menyatakan, Indonesia akan lebih menyerang (offensive) dalam melawan diskriminasi terhadap sawit di Eropa. Kilahnya, "Benua Biru" tengah mengintensifkan kampanye hitam (black campaign) terhadap produk sawit tanah air.

"Selama ini, strategi yang kita lakukan dalam rangka black campaign terhadap produk sawit ini selalu sifatnya defensif. Jadi, kita akan mengubah strategi, kita attack seperti yang disampaikan oleh Bapak Presiden," katanya dalam telekonferensi, Sabtu (6/2).

Menurut Eddy, perubahan strategi sangat penting untuk membela sawit Indonesia agar cita-cita meluaskan pangsa pasar dan meningkatkan penjualan produk unggulan tersebut terealisasi.

"Kalau hal defensif ini kita lakukan terus-menerus, ini tidak akan menang. Jadi, kita harus ubah strategi untuk membela komoditas kita," ujarnya. 

Dia menjelaskan, upaya offensive yang akan dilakukan pemerintah di antaranya mempermasalahkan penggunaan minyak nabati dari jenis komoditas lain di pasar global, seperti pemakaian rapeseed, soybean, hingga sunflower

"Karena saat ini selalu yang dipermasalahkan itu sawit, tetapi tidak pernah itu didiskusikan terkait minyak nabati lainnya. Maka, Kita mempermasalahkan juga bagaimana dengan minyak nabati lainnya," ucapnya.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, menambahkan, minyak sawit Indonesia berkontribusi sebesar 40% dari total minyak nabati dunia. Hal itu membuat Eropa, yang memproduksi minyak nabati jenis lainnya, merasa kalah saing apalagi produktivitas sawit lebih baik.

"Indonesia mampu menghasilkan 40% dari total minyak nabati dunia. Produktivitas lebih tinggi, sehingga luasan lahan yang digunakan untuk memproduksi sawit lebih sedikit," jelasnya.

Sponsored

Dirinya melanjutkan, dibutuhkan lahan 0,3 ha untuk menghasilkan 1 ton minyak sawit. Sementara rapeseed oil butuh 1,3 ha dan soybean 2,2 ha.

Berita Lainnya
×
tekid