Solusi jitu atasi kelangkaan pupuk ala Guru Besar Unpad

Ketergantungan petani terhadap pupuk anorganik sering menimbulkan masalah. Kelangkaan dan kenaikan harga pun memukul petani.

Pekerja menata pupuk urea di dalam gudang persediaan pupuk Desa Blang Sapek, Kecamatan Suka Makmur, Kabupaten Nagan Raya, Aceh, pada Kamis (10/9/2020). Foto Antara/Syifa Yulinnas

Ketergantungan petani terhadap pupuk anorganik seringkali menimbulkan masalah. Kelangkaan ketersediaan pupuk subsidi dan adanya kenaikan harga pupuk nonsubsidi pun memukul petani. Padahal, pada waktu seperti ini, petani sedang membutuhkan pupuk dalam jumlah banyak untuk memulai masa tanam.

Untuk melepas ketergantungan pupuk anorganik, petani memerlukan pupuk alami atau organik. Guru Besar Fakultas Pertanian Universitas Padjajaran (Unpad), Tualar Simarmata, memiliki solusi jitu dalam menyelesaikan masalah tersebut.

"Di dunia ini ada dua jenis pupuk. Yang pertama, pupuk buatan pabrik, yang sebagian diimpor. Kedua, adalah buatan Tuhan atau disebut pupuk alami. Kita pakai yang alami saja. Optimalkan sumber organik lokal. Itu bergantung pada kemauan kita saja," kata Tualar kepada Alinea.id, Rabu (30/11).

Alih-alih bergantung pada pasokan pupuk impor, yang saat ini terganggu akibat perang Rusia-Ukraina, Tualar mengajak petani memaksimalkan pupuk organik. Dia membeberkan beberapa hal yang bisa dilakukan petani.

Bagi petani padi, dapat menyelesaikan krisis pupuk dengan memaksimalkan hasil utama panen menggunakan gabah. Sebagai contoh, dari 9 ton padi/ha hasil panen, ada sekitar 6 ton jerami yang bisa diolah menjadi pupuk kompos.