Ada guncangan ekonomi dunia, Sri Mulyani ingatkan agar Indonesia tetap waspada

Proyeksi inflasi global diperkirakan hingga akhir tahun ini sebesar 8,8% dan di 2023 menurun jadi 6,5%. Level ini, masih tergolong tinggi.

Ilustrasi. Foto: istockphoto.com/

Volatilitas sejumlah komoditas utama dunia masih tinggi dan mendorong inflasi di banyak negara akibat harganya terus merambat naik. Berdasarkan laporan Kementerian Keuangan (Kemenkeu) inflasi di Inggris telah menyentuh 10,1% yang membuat bank sentral Inggris menaikkan suku bunga 200 basis poin (bps) sepanjang 2022 dan diperkirakan terus bertahan di level tinggi. Tingginya inflasi di Inggris juga kata Menkeu sudah memengaruhi politik di negara tersebut.

“Mulai dari menteri keuangannya diganti, sekarang perdana menteri Inggris juga turun. Ini menandakan kekacauan ekonomi dan keuangan telah berimbas pada politik,” kata Menkeu Sri Mulyani (Srimul) dalam konferensi pers APBN Kita, Jumat (21/10).

Di Amerika Serikat (AS) inflasi September berada di 8,2% dan membuat kenaikan Fund Fed Rate (FFR) menjadi 3,25% atau sudah naik 300 bps sepanjang 2022. Diperkirakan The Fed terus menaikkan suku bunga secara agresif hingga mencapai 4,5% di akhir tahun ini.

Kemudian di Brazil mengalami penurunan inflasi, sehingga inflasi Brazil saat ini di level 8,7% dengan suku bunga yang tetap merangkak naik menjadi 13,75%. Untuk Indonesia, Bank Indonesia (BI) baru saja menaikkan suku bunga acuan menjadi 4,75% atau naik lagi 50 bps dan menjadi kenaikan yang ketiga kalinya di tahun ini. Adapun inflasi Indonesia saat ini sudah di angka 6,0%.

“Ini adalah kondisi yang dihadapi seluruh negara-negara baik negara maju, emerging, maupun developing. Dengan inflasi yang tinggi, maka respons kebijakan moneter adalah menaikkan suku bunga dan mengetatkan likuiditas,” terang Srimul.