Telemedicine, layanan praktis nan laris manis

Pengguna layanan telemedicine meningkat signifikan karena pandemi Covid-19.

Ilustrasi Alinea.id/Bagus Priyo.

Sekitar awal Juli 2020, Taufik (28) mengalami nyeri lambung selama beberapa hari. Tak menunggu lama, dia pun menjajal salah satu penyedia layanan telemedicine, Halodoc.

Pengalaman pertama itu ia jalani setelah mendapat rekomendasi dari seorang teman. Karyawan swasta di kawasan Jakarta itupun langsung berkonsultasi dengan dokter melalui website Halodoc. Setelah melakukan pendaftaran dengan mengisi identitas, dia diarahkan untuk memilih dokter dengan spesialisasi serta tempat praktiknya. Hanya sekali klik, konsultasi langsung dilakukan dengan saling berkirim pesan. 

"Chatting sama dokternya cuma 15 menit, ditanya soal gejala yang dirasakan sampai punya alergi atau enggak. Terus dokternya kayak yang sudah paham, ya sudah dikasih resep dan obatnya datang diantar ojek online," ujar Taufik saat berbincang dengan Alinea.id, Minggu (10/1). 

Meski begitu, sang dokter tetap mengingatkannya untuk datang ke klinik terdekat jika selama 2-3 hari tidak ada tanda-tanda perbaikan kondisi. "Tapi syukurnya, waktu itu cocok sih," imbuhnya.  

Alasan kemudahan dan kepraktisan, menjadi pendorong lelaki asal Malang Jawa Timur itu untuk menggunakan salah satu akses layanan telemedicine. Di samping itu, layanan konsultasi online ini harganya juga lebih terjangkau. Dia juga tak perlu merogoh kocek untuk ongkos transportasi menuju fasilitas layanan kesehatan.