Tingkatkan devisa, Kemenperin pacu hilirisasi industri CPO

Kemenperin mencatat, secara rata-rata tahunan, industri kelapa sawit hulu-hilir menyumbang USD20 miliar pada devisa negara.

Buruh memanen kelapa sawit di Desa Sukasirna, Cibadak, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, Jumat (13/7)./AntaraFoto

Kementerian Perindustrian terus memacu hilirisasi di sektor industri minyak kelapa sawit (crude palm oil/CPO) agar dapat meningkatkan nilai tambah tinggi sehingga turut mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. Apalagi industri pengolahan sawit selama ini mampu memberikan kontribusi signifikan bagi Indonesia karena sebagai produsen dan eksportir terbesar dunia. 

“Kami berupaya agar minyak kelapa sawit dan turunannya bisa diolah dan dijual ke luar negeri. Tetapi saat ini tengah dikaji agar produk tersebut bisa dijual dan tidak akan ada permasalahan nantinya,” kata Direktur Jenderal Ketahanan dan Pengembangan Akses Industri Internasional (KPAII) Kemenperin I Gusti Putu Suryawirawan, dalam keterangan resmi.

Secara rata-rata tahunan, industri kelapa sawit hulu-hilir menyumbang US$20 miliar pada devisa negara. Selain itu, sektor ini juga menyerap tenaga kerja sebanyak 21 juta orang baik secara langsung maupun tidak langsung. 

Bahkan, Indonesia berkontribusi sebesar 48% dari produksi CPO dunia dan menguasai 52% pasar ekspor minyak sawit. Oleh karena itu, Indonesia berpeluang menjadi pusat industri pengolahan sawit global untuk keperluan pangan, nonpangan, dan bahan bakar terbarukan. 

Ada tiga jalur hilirisasi industri CPO di dalam negeri yang masih potensial untuk terus  dikembangkan. Pertama, hilirisasi oleopangan (oleofood complex), yaitu industri-industri yang mengolah produk industri refinery untuk menghasilkan produk antara oleopangan (intermediate oleofood) sampai pada produk jadi oleopangan (oleofood product).