Untung dan buntung avtur ‘hijau’ untuk penerbangan komersial

Pemakaian bioavtur menandai awal mula industri aviasi berkelanjutan namun memiliki harga lebih mahal.

Garuda Indonesia menggunakan bioavtur campuran 2,4% minyak inti sawit untuk menerbangkan pesawat jet komersial bernomor B737-800 PK-GFX. Dokumentasi Ditjen Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan.

PT Pertamina (Persero) melalui anak usahanya PT Pertamina Patra Niaga (PPN) dan PT Garuda Indonesia (Persero) baru saja melaksanakan penerbagan komersial perdana menggunakan bahan bakar ramah lingkungan Bioavtur J2.4 atau Pertamina Sustainable Aviation Fuel (SAF), pada Jumat (27/10). Boeing 737-800 NG adalah pesawat pertama milik Garuda yang terbang dari Bandara Soekarno Hatta, Cengkareng ke Bandara Adi Sumarmo, Solo, kemudian kembali lagi menggunakan avtur hijau. 

Perjalanan dengan Pertamina SAF ini telah diinisiasi sejak 2010 melalui Research & Technology Innovation Pertamina, dengan melakukan riset pengembangan produk dan katalis. Pada 2021, PT Kilang Pertamina Internasional berhasil memproduksi Bioavtur J2.4 ini di Refinery Unit IV Cilacap. 

"Penerbangan khusus ini akan menjadi tonggak sejarah di industri aviasi yang berkelanjutan. Masyarakat juga akan merasakan pengalaman baru, merasakan pemanfaatan energi terbarukan dan berkontribusi secara langsung pada penurunan emisi," kata Direktur Logistik dan Infrastruktur Pertamina Alfian Nasution, di Bandara Soekarno Hatta, Jumat (27/10). 

Setelah melalui serangkaian uji coba, bioavtur yang berbahan baku Refined Bleached Deodorized Palm Kernel Oil (RBDPKO) atau minyak inti sawit ini telah siap dipasarkan oleh PPN. Tidak hanya memiliki kualitas yang sama dengan avtur konvensional, Bioavtur J2.4 juga punya nilai tambah lain, yakni ramah lingkungan.
 
Kehadirannya seakan menjadi jawaban atas komitmen Pertamina dalam menyediakan bahan bakar penerbangan yang ramah lingkungan dan dapat dipergunakan untuk penerbangan komersial. Di sisi lain, penggunaan Bioavtur J2.4 untuk maskapainya juga menunjukkan keseriusan Garuda untuk mendukung pengembangan dan produksi SAF sebagai bahan bakar sektor aviasi yang lebih ramah lingkungan. 

"Melalui penggunaan Bioavtur ini kami optimistis visi mewujudkan ekosistem aviasi Indonesia yang berbasis green sustainability dapat terealisasi secara berkesinambungan, selaras dengan berbagai langkah lain yang dilaksanakan pemerintah," kata Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra.