Urgen! Keamanan transaksi digital di tengah rendahnya literasi

Industri jasa keuangan menjadi sektor yang paling sering mengalami serangan siber pada 2019.

Bulan April silam, Gandhi Gumelar (25) menerima pesan dari seseorang yang tak dikenal. Si pengirim pesan hendak memesan paket menanam Microgreen yang dijualnya melalui media sosial. Paket tersebut terdiri dari benih, media tanam, tray, nutrisi, dan panduan menanam. Dia memang mencantumkan kontaknya di akun media sosial yang digunakannya untuk berbisnis.

“Biasanya pembayaran bisa online, bisa mobile banking, atau transfer. Kita enggak usah lakuin apa-apa sebagai penjual, tinggal pembeli saja yang transfer. Kalau yang penipu ini, dia minta aku untuk ikutin langkah-langkah dia supaya dia bisa transfer,” tuturnya beberapa waktu lalu. 

Sang pelaku meminta Gandhi untuk mengajukan virtual card number (VCN) dari fitur debit online pada aplikasi mobile banking dalam ponselnya. Kemudian, sang pelaku menyuruhnya untuk mengirim nomor tersebut.

Alih-alih mendapatkan pembayaran dari sang 'pembeli', saldo rekening banknya malah terkuras hingga Rp3,4 juta. Ia langsung melihat keterangan catatan transaksi di sejumlah e-commerce dan dompet elektronik dari aplikasi mobile banking yang digunakannya.

“Selama aku jualan belum pernah ada pembeli yang nipu. Aku berpikir positif mungkin ini cara baru buat transfer. Ditambah aku belum pernah menggunakan Debit Online. Aku enggak tahu itu untuk membuka akses buat ambil nominal dari rekening aku,” cerita pria yang berdomisili di Yogyakarta ini.