Utang Lapindo masih menggantung karena asetnya tertutup lumpur

Aset yang Lapindo janjikan mau diserahkan itu sekarang tertumpuk lumpur di atasnya.

Dirjen DJKN Isa Rachmatarwata (tengah) saat konferensi pers soal klaim asuransi gedung Kementerian Keuangan di Jakarta, Jumat (10/1/2020). Alinea.id/Nanda Aria.

Kasus Lumpur Lapindo masih menyisakan persoalan. Dua perusahaan, yaitu PT Lapindo Brantas Inc dan PT Minarak Lapindo, yang telah dijatuhi hukuman ganti rugi senilai Rp773 miliar oleh pemerintah tak kunjung melunasi utangnya.

Dua perusahaan tersebut diketahui pernah menawarkan aset kepada pemerintah untuk melunasi utang. Hanya saja, menurut Direktur Jenderal Kekayaan Negara Isa Rachmatarwata, pihaknya belum dapat menghitung nilai aset perusahaan tersebut karena batas aset berupa tanah yang tidak jelas dan telah tertutup lumpur.

"Aset yang mereka janjikan mau diserahkan Lapindo itu, yang sekarang tertumpuk lumpur di atasnya. Saya harus tahu dulu, itu bisa dinilai enggak? Kalau bisa dinilai, ada nilainya apa enggak? Baru kami bicara apakah bisa dinilai dengan asset settlement," kata Isa dalam video conference, Jumat (24/7).

Selain itu, dia mengataka, masih perlu meminta pertimbangan dari asosiasi profesional penilai aset, yaitu Masyarakat Profesi Penilai Indonesia (Mappi), untuk meminta masukan apakah aset tanah yang telah tertimbun lumpur selama bertahun-tahun dapat dinilai.

"Kami masih mencoba merangkul dari profesi penilai Mappi untuk membangun suatu standar praktik. Bagaimana menilai tanah yang tidak terlalu jelas batasnya karena sudah tertimbun lumpur tanahnya. Ini bukan sesuatu yang mudah," ujarnya.