Utang pemerintah terus membengkak, untuk apa?

Polemik terkait utang luar negeri pemerintah terus terjadi lantaran banyak pihak khawatir bakal menjadi beban anggaran.

Tambahan utang kumulatif untuk infrastruktur meningkat dari Rp456,1 triliun pada periode 2012-2014 menjadi Rp904,6 triliun (2015-2017)/ Antara Foto

Polemik terkait utang luar negeri pemerintah terus terjadi lantaran banyak pihak khawatir bakal menjadi beban anggaran.

Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan, Luky Alfirman, menjelaskan bahwa efektivitas utang oleh pemerintah pusat dapat dilihat dari bagaimana struktur belanjanya.

"Belanja sudah terpakai buat apa, itu yang menjadi acuan efektivitas utang. Kami ingin belanja berkualitas dan produktif, kami tidak ingin belanja yang sifatnya tidak produktif," kata Luky dalam temu media di Jakarta, seperti dilansir Antara, Jumat.

Dia menjelaskan upaya meningkatkan kualitas belanja dilakukan melalui pengurangan subsidi bahan bakar minyak (BBM) sejak 2015 karena dinilai tidak tepat sasaran sebab penerimanya adalah pengguna kendaraan yang kebanyakan orang mampu.

"Subsidi BBM juga sifatnya konsumtif karena habis pada tahun itu juga. Kalau utang untuk yang sifatnya konsumtif tidak adil karena generasi mendatang yang akan menanggung," kata Luky.