114 orang tewas dalam sehari, PBB desak hentikan pembunuhan warga Myanmar

Setidaknya 114 orang tewas dalam protes antikudeta militer Myanmar.

Foto ilustrasi / Pixabay

Dua pejabat tinggi PBB pada Minggu (28/3) mengutuk junta militer Myanmar setelah unjuk rasa antikudeta pada Sabtu (27/3) yang menjadi aksi protes paling berdarah sejauh ini. Menurut penghitungan media lokal independen, Myanmar Now, setidaknya 114 orang tewas pada Sabtu dalam demonstrasi antikudeta di 44 kota besar di seluruh negeri.

Dalam pernyataan bersama, Penasihat Khusus PBB untuk Pencegahan Genosida Alice Wairimu Nderitu dan Komisaris Tinggi PBB untuk HAM Michelle Bachelet mendesak militer Myanmar untuk segera menghentikan pembunuhan warga sipil.

"Kami juga mengutuk keras serangan militer Myanmar yang meluas, mematikan, dan semakin sistematis terhadap pengunjuk rasa damai, serta pelanggaran serius hak asasi manusia lainnya sejak mereka merebut kekuasaan pada 1 Februari 2021," jelas pernyataan tersebut.

Pelapor Khusus Myanmar untuk PBB mengatakan militer melakukan pembunuhan massal, meminta dunia untuk mengisolasi junta dan mencegah akses mereka terhadap senjata.

Menurut penghitungan terbaru oleh Assistance Association for Political Prisoners (AAPP), setidaknya 423 orang telah tewas di Myanmar sejak kudeta militer pada 1 Februari. Sedangkan menurut laporan Reuters dan saksi mata, setidaknya enam anak berusia antara 10 dan 16 tahun termasuk di antara mereka yang tewas pada Sabtu.