Aksi lempar bola panas Inggris soal gas saraf

PM Inggris menuding Badan Intelijen Rusia ada di balik serangan gas saraf yang menewaskan mantan agen Sergei Skripal dan putrinya.

Seorang polisi berjaga di lingkaran yang mengelilingi kursi dimana mantan agen intelijen Rusia Sergei Skripal dan putrinya Yulia ditemukan setelah mereka diracuni di Salisbury, Inggris, Minggu (11/3)./ Antarafoto

Perdana Menteri (PM) Inggris Theresa May menuding Badan Intelijen Rusia melakukan pembunuhan terhadap mantan agen Sergei Skripal dan putrinya. Kementerian Luar Negeri Inggris pun memanggil Duta Besar Rusia untuk memberikan informasi detail.

“Rusia bertanggung jawab atas serangan di Salisbury (lokasi kematian Skripal),” tegas PM May dilansir BBC, Selasa (13/3). “Inggris menyimpulkan ada pelanggaran hukum yang dilakukan lembaga intelijen Moskow,” paparnya.

Bahan kimia yang digunakan serangan itu, kata PM Inggris, diidentifikasi sebagai salah satu jenis gas saraf yang disebut dengan Novichok. “Apakah tindakan itu dilakukan Rusia melawan negara kita atau pemerintahan Rusia kehilangan kendali terhadap penggunaan gas saraf itu atau justru mengizinkan orang lain menggunakannya?” tanya May.

Dia mengatakan, Menteri Luar Negeri Boris Johnson akan memanggil duta besar Moskow untuk memberikan laporan lengkap tentang hal tersebut. Novichok merupakan bahan kimia yang dilarang PBB untuk digunakan.

Lebih lanjut, May juga memaparkan penggunaan gas saraf di Inggris bukan hanya terjadi pada kasus pembunuhan Skripal saja. “Itu merupakan tindakan diskriminatif terhadap Inggris dan mempertaruhkan warga tak berdosa dalam risiko besar,” kecamnya.