Anak muda di Thailand tuntut penghapusan monarki di kampus

Boikot upacara kelulusan telah meningkat dalam beberapa tahun terakhir di Thailand.

Ilustrasi. iStock

Sekelompok anak muda di Thailand memboikot upacara kelulusan di kampus. Mereka menilai budaya pelibatan keluarga kerajaan Thailand di dalam aturan universitas sudah tidak lagi relevan. Di sisi lain, anak-anak muda akan menghadapi golongan tua yang promonarki.

The Guardian pada Sabtu (29/1) mengangkat cerita soal para alumni yang kembali ke kampus mereka untuk menentang aturan ini. Salah satunya tentang Krai Sidee, pemuda 24 tahun yang datang kembali ke almamaternya Universitas Chiang Mai pada 14 Januari, hampir dua tahun setelah lulus. Dia datang tidak hanya untuk mendukung teman-temannya tetapi untuk membuat pernyataan politik.

Dengan wajah dicat emas, Krai membawa spanduk besar bertuliskan, “Anda mengubur mimpi saya, dan memberi saya ini” sambil menggantungkan gaun wisudanya. Krai adalah bagian dari masifnya gerakan anak muda Thailand yang menolak menghadiri upacara kelulusan mereka karena universitas dipimpin oleh anggota keluarga kerajaan.

"Protes mengajari saya banyak hal tentang monarki dan berapa banyak uang yang masuk ke monarki," kata Krai, mengacu pada demonstrasi yang meletus pada 2020 untuk menyerukan reformasi atas monarki.

Dua teman Krai dan sesama pengunjuk rasa ditangkap selama protes Januari tetapi dibebaskan pada hari yang sama setelah membayar denda. Namun, kebanyakan orang yang menentang monarki tidak seberuntung itu. Biasanya mereka dihukum 15 tahun penjara karena menghina anggota keluarga kerajaan. Terlepas dari risikonya, Krai mengatakan dia akan terus memprotes monarki, dengan demonstrasi lain dijadwalkan pada Maret.