ASEAN dinilai sangat lambat tangani krisis Rohingya

Oleh PBB, Rohingya digambarkan sebagai komunitas paling teraniaya di dunia.

Ketua Misi Pencari Fakta PBB untuk Myanmar Marzuki Darusman (paling kiri) dan pengacara HAM internasional, Christopher Sidoti (tengah) dalam konferensi pers di Menara Thamrin, Jakarta, Senin (5/8). Alinea.id/Valerie Dante

Ketua Misi Pencari Fakta PBB untuk Myanmar Marzuki Darusman menilai bahwa ASEAN bergerak terlalu lambat dalam menangani krisis yang terjadi di Rakhine State.

"ASEAN tidak bergerak lambat, justru mereka bergerak dengan sangat lambat," tutur Marzuki dalam konferensi pers di Menara Thamrin, Jakarta, pada Senin (5/8).

Rohingya, yang digambarkan PBB sebagai komunitas paling teraniaya di dunia, telah hidup dalam ketakutan sejak sejumlah orang terbunuh dalam kekerasan komunal pada 2012.

Menurut Amnesty International, lebih dari 750.000 warga Rohingya, sebagian besar wanita dan anak-anak, telah melarikan diri dari Myanmar dan menyeberang ke Bangladesh. Hal itu terjadi setelah pasukan Myanmar melancarkan upaya penumpasan terhadap komunitas muslim minoritas itu pada Agustus 2017.

Marzuki menuturkan, jika ASEAN tidak serius menanggapi krisis kemanusiaan yang terjadi di salah satu negara anggotanya itu, maka akan ada stigma yang terus membayangi organisasi kawasan tersebut.