Beringasnya ribuan wanita Meksiko meluapkan kemarahan di jalanan

Impunitas terhadap pembunuhan mencapai sekitar 94 persen, demikian konfirmasi sebuah penelitian.

Para pengunjuk rasa meneriaki polisi dan melemparkan benda-benda ringan seperti gelas plastik atau sampah lainnya. Beberapa pengunjuk rasa menggunakan cat semprot untuk menyalakan api di dekat penghalang logam, membakar spanduk atau potongan karton. [Lexie Harrison-Cripps/Al Jazeera]

Pada tengah hari tanggal 8 Maret 2024, sekelompok kecil perempuan berpakaian ungu, mengenakan bandana ungu yang diikatkan di pergelangan tangan, rambut, dan leher, mulai berkumpul di Mexico City. Tak lama kemudian, mereka berjumlah 180.000 orang, berbaris dan bernyanyi bersama pada Hari Perempuan Internasional.

Nyanyian itu diperkuat dengan megafon atau suara yang diarahkan ke atas, wajah menghadap ke langit. Dengan tangan terangkat, mereka berteriak tentang kekuatan mereka dalam jumlah, kurangnya perlindungan polisi dan niat mereka untuk memperjuangkan hak-hak mereka.

“Ada begitu banyak perempuan,” kata Ileana Alvarez Mendoza, 40, yang menghadiri pawai bersama putrinya yang berusia 10 tahun, Emiliana Leyva Alvarez. 

“Bagaimana bisa pemerintah mengatakan jumlah kami tidak sebanyak itu?” sergahnya.

Hampir 10 perempuan terbunuh setiap hari di Meksiko pada tahun 2023: ada lebih dari 2.500 perempuan menjadi korban pembunuhan dan lebih dari 800 pembunuhan terhadap perempuan (dibunuh karena jenis kelaminnya), menurut Menteri Keamanan dan Perlindungan Warga Negara. Pada tahun 2021, lebih dari 40 persen perempuan berusia di atas 15 tahun pernah mengalami beberapa bentuk kekerasan di masa kecil mereka, menurut Institut Statistik dan Geografi Nasional Meksiko (INEGI).