Butuh US$5,7 triliun untuk tindakan radikal transisi energi

Emisi global perlu turun 45% pada akhir dekade ini.

Ilustrasi Pixabay.

Badan Energi Terbarukan Internasional menggarisbawahi dunia harus mengambil tindakan radikal dengan menginvestasikan US$5,7 triliun dana publik setiap tahun hingga 2030. Investasi itu bisa digunakan untuk mengalihkan bahan bakar fosil dan memastikan pemanasan global yang disebabkan oleh energi tersebut tidak melewati ambang bahaya.

Seperti diberitakan Associated Press, Kamis (31/3), Badan Energi mengatakan, peningkatan besar-besaran dalam penggunaan pembangkit listrik tenaga surya dan angin diperlukan bersama dengan peningkatan efisiensi energi, elektrifikasi sistem transportasi dan pemanas perluasan penggunaan hidrogen yang dibuat dengan energi terbarukan, serta upaya lebih besar untuk menangkap emisi karbon.

Para ilmuwan mengatakan, emisi global perlu turun 45% pada akhir dekade ini dibandingkan pada 1990-an. Namun, data terbaru menunjukkan, meskipun energi terbarukan tumbuh pesat, total emisi justru naik di tengah meningkatnya permintaan energi dan perluasan penggunaan bahan bakar fosil.

"Transisi energi jauh dari jalur yang benar. Tindakan radikal yang tidak dilakukan di tahun-tahun mendatang akan mengurangi, bahkan menghilangkan peluang untuk memenuhi tujuan iklim kita," kata Direktur Jenderal International Renewable Enegry Agency (Irena), Francesco La Camera.

Tujuh tahun lalu di Paris, negara-negara sepakat untuk membatasi pemanasan global hingga 2 derajat Celcius (3,6 Fahrenheit) idealnya tidak lebih dari 1,5C (2,7F) untuk menghindari konsekuensi yang berpotensi bencana bagi planet ini. Dengan suhu sekarang lebih dari 1,1 derajat C di atas rata-rata praindustri, sebuah laporan baru-baru ini oleh panel sains Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menemukan miliaran penduduk di seluruh dunia sudah rentan terhadap gangguan iklim.