Di balik layar mediasi gencatan senjata Hamas-Israel

Mereka berhasil membuat kedua pihak menandatangani prosedur khusus yang harus mereka ikuti jika terjadi insiden.

Warga Palestina berbelanja di pasar terbuka dekat reruntuhan yang hancur akibat serangan Israel selama konflik di kamp pengungsi Nuseirat di Jalur Gaza tengah. Foto REUTERS-Ibraheem Abu Mustafa

Qatar banyak dipuji karena berhasil menjadi perantara gencatan senjata antara Israel dan Hamas pekan lalu. Kesuksesan Qatar mempengaruhi Israel-Hamas, terletak pada pendekatan proaktifnya. Qatar tidak mau hanya menjadi sekadar 'penyampai pesan'.

Dalam mediasi, Qatar tidak ingin hanya pasif menunggu. Para perundingnya menggandakan upaya mediasi mereka, karena khawatir gencatan senjata akan gagal sebelum dimulai. 

Agar tidak buntu, gencatan senjata dan perjanjian untuk mendampingi pertukaran tahanan dan sandera dirumuskan secara longgar. Para perunding Qatar mengetahui bahwa Israel dan Hamas belum sepakat mengenai kapan, atau bagaimana, gencatan senjata dan pertukaran akan dimulai, menurut sumber di Qatar, Wilayah Palestina, dan Mesir yang mengetahui perundingan berisiko tinggi tersebut.

Semua poin dalam perjanjian tersebut perlu diklarifikasi dan memastikan bahwa poin-poin tersebut memiliki arti yang sama bagi Israel dan Hamas, kata sebuah sumber yang mengetahui tentang negosiasi tersebut.

Misalnya, pihak Israel telah berjanji untuk "memarkir" tank-tank yang mereka gunakan di dalam Jalur Gaza, namun tidak ada seorang pun yang sepakat mengenai apa maksud dari tindakan tersebut di lapangan, kata sumber tersebut, yang meminta untuk tidak disebutkan namanya karena sifat sensitif dari pembicaraan tersebut.