Filipina tangkap CEO Rappler atas tuduhan pencemaran nama baik

Maria Ressa, jurnalis kawakan Filipina yang juga CEO Rappler ditangkap pada Rabu (13/2).

Ilustrasi / Pixabay

Pihak berwenang Filipina menangkap Maria Ressa, jurnalis kawakan yang juga CEO Rappler, pada Rabu (13/2). Situs berita yang dipimpinnya dikenal memiliki sikap kritis terhadap rezim Presiden Rodrigo Duterte.

Lewat siaran langsung yang diunggah oleh Rappler pada Rabu kemarin, para petugas dari unit kejahatan siber Biro Investigasi Nasional (NBI) tampak berbicara dengan Ressa di dalam markas situs berita itu. NBI adalah agen pemerintah yang berada di bawah Kementerian Kehakiman.

Rappler sebelumnya menyatakan bahwa seorang petugas melarang para jurnalis mengambil foto dan video saat mereka menyerahkan surat perintah penangkapan terhadap Ressa.

Dalam sebuah pernyataan singkat kepada awak media, Ressa mengatakan dia belum melihat dakwaan yang ditujukan kepadanya. Ressa mengungkapkan kemungkinan akan membayar sejumlah uang jaminan. 

"Kami tidak terintimidasi. Tidak ada kasus hukum, propaganda terselubung, dan kebohongan yang dapat membungkam wartawan Filipina ... Akrobatik hukum ini menunjukkan seberapa jauh pemerintah akan membungkam jurnalis, termasuk upaya untuk memaksa saya menghabiskan malam di penjara," tutur Ressa.