Gletser Himalaya bisa hilang 80% jika pemanasan global tak dikendalikan

Es dan salju di pegunungan Hindu Kush Himalaya merupakan sumber air penting bagi sungai-sungai yang bermuara di gunung tersebut.

Sungai Sutlej mengalir di lembah di bawah puncak tinggi bersalju di distrik Kinnaur di negara bagian Himalaya Himachal Pradesh, India, 13 Maret 2023. Foto AP/Ashwini Bhati/dokumentasi

Gletser mencair dengan kecepatan yang belum pernah terjadi sebelumnya di seluruh pegunungan Hindu Kush Himalaya. Bahkan menurut sebuah laporan baru, ada kemungkinan dapat kehilangan hingga 80% dari volumenya saat ini di abad ini, jika emisi gas rumah kaca tidak dikurangi secara drastis.

Laporan pada Selasa (20/6) dari International Center for Integrated Mountain Development yang berbasis di Kathmandu memperingatkan, bahwa banjir bandang dan longsoran akan semakin besar kemungkinannya di tahun-tahun mendatang. Hal itu akan menyebabkan ketersediaan air tawar akan terpengaruh oleh hampir 2 miliar orang yang tinggal di hilir 12 sungai yang bermuara di pegunungan.

Es dan salju di pegunungan Hindu Kush Himalaya merupakan sumber air penting bagi sungai-sungai tersebut, yang mengalir melalui 16 negara di Asia dan menyediakan air bersih bagi 240 juta orang di pegunungan dan 1,65 miliar lainnya di hilir.

“Orang-orang yang tinggal di pegunungan ini yang hampir tidak berkontribusi apa-apa terhadap pemanasan global berisiko tinggi akibat perubahan iklim,” kata Amina Maharjan, spesialis migrasi dan salah satu penulis laporan tersebut. “Upaya adaptasi saat ini sama sekali tidak mencukupi, dan kami sangat prihatin bahwa tanpa dukungan yang lebih besar, komunitas ini tidak akan mampu mengatasinya.”

Berbagai laporan sebelumnya telah menemukan bahwa kriosfer-wilayah di Bumi yang tertutup salju dan es-termasuk yang paling parah terkena dampak perubahan iklim. Penelitian terbaru menemukan bahwa gletser Gunung Everest, misalnya, telah kehilangan es selama 2.000 tahun hanya dalam 30 tahun terakhir.