Indonesia minta UE perlakukan minyak sawit secara adil

Komisi UE menilai, sawit mengakibatkan deforestasi besar-besaran secara global. Karenanya, UE akan menghapus secara bertahap penggunaannya.

Menteri Luar Negeri, Retno Marsudi, saat mengikuti Pertemuan Tingkat Menteri ASEAN-Uni Eropa ke-23 secara virtual, Selasa (1/12/2020). Dokumentasi Kemlu RI

Menteri Luar Negeri, Retno Marsudi, meminta Uni Eropa (UE) memperlakukan minyak kelapa sawit secara adil.

"Permintaan Indonesia kepada Uni Eropa untuk memperlakukan minyak kelapa sawit secara adil adalah permintaan yang wajar," tegasnya saat Pertemuan Tingkat Menteri ASEAN-Uni Eropa ke-23 yang diselenggarakan secara virtual, Selasa (1/12). "Indonesia tidak mengorbankan kelestarian lingkungan hanya untuk mengejar pembangunan ekonomi."

Jika dibandingkan dengan minyak nabati lainnya yang menggunakan lahan sebesar 278 juta hektare (ha), Retno menuturkan, luas perkebunan sawit hanya 17 juta ha. Pemanfaatan lahan sawit pun diklaim memiliki hasil yang efektif dibandingkan minyak nabati lainnya.

Dia melanjutkan, Asia Tenggara merupakan penghasil minyak sawit terbesar di dunia dengan kontribusi 89% produksi secara global. Minyak sawit juga disebut memegang peran penting dalam meraih Target Pembangunan Berkelanjutan (SDGs).

Lebih lanjut, Retno menuturkan, industri tersebut telah menyediakan 26 juta lapangan pekerjaan di kawasan. Lebih dari 40% perkebunan sawit dikelola petani kecil di ASEAN.