Ketegangan komunal ancam Sri Lanka pasca-pengeboman Minggu Paskah

Uskup Agung Kolombo menyerukan ketenangan dan tidak adanya permusuhan lebih lanjut terhadap umat Islam.

Tentara tiba untuk ditempatkan di depan Gereja St. Sebastian, beberapa hari setelah serangkaian serangan bom bunuh diri pada Minggu Paskah, di Negombo, Sri Lanka, Rabu (1/5). ANTARA FOTO/REUTERS/Danish Siddiqui

Kekerasan meletus di sebuah kota di Sri Lanka yang menjadi target pengeboman Minggu Paskah setelah sejumlah penganut Katolik menyerang toko-toko milik warga muslim dan sebuah kendaraan. Peristiwa itu mendorong otoritas gereja menyerukan agar warga tenang dan tidak ada permusuhan lebih lanjut terhadap umat Islam di daerah tersebut.

Kerusuhan kecil pecah di Desa Porutota, Negombo, pada Minggu (5/5) setelah perselisihan antara seorang sopir tuk tuk muslim dengan sekelompok umat Katolik, yang bersikeras memeriksa kendaraannya. Demikian keterangan sumber intelijen militer.

Adu mulut kemudian berubah menjadi kekerasan dan puluhan perusuh mengamuk di jalan-jalan, menyebabkan kendaraan itu dibakar dan dua toko milik warga muslim diserang.

Juru bicara Kepolisian Sri Lanka Ruwan Gunasekara dalam konferensi pers pada Senin (6/5) mengklaim bahwa dua kelompok yang mabuk bertanggung jawab atas kerusuhan tersebut.

Kerusuhan yang terjadi membuat pasukan polisi tambahan dikerahkan ke desa itu. Jam malam diberlakukan pada Minggu untuk mengendalikan situasi.