Menlu: Ketidaksetaraan distribusi vaksin tingkat global masih besar

Pertemuan COVAX AMC-EG bahas suplai, distribusi, pendanaan, suplai, dan peluang investasi vaksin Covid-19.

Vaksin Sinovac baru tiba di Indonesia/Foto Amiri Newsroom/Infopublik DJIKP Kominfo

Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi mengungkapkan, ketidaksetaraan distribusi vaksin di tingkat global masih besar. Pasalnya, hanya 0,3% dari suplai vaksin yang tersedia saat ini dikirimkan ke negara berpenghasilan rendah.

Hal ini disinggung Menlu saat memimpin pertemuan pertemuan virtual COVAX AMC Engagement Group (EG) Meeting ke-4, Senin (17/5), bersama dengan Menteri Kesehatan Ethiopia Lia Tadesse dan Menteri Pembangunan Internasional Kanada Karina Gould.

"Diperlukan langkah segera untuk dapat memastikan akses setara terhadap vaksin, karena tidak ada negara yang dapat sepenuhnya bebas dari Covid-19, selama masih ada negara lain yang terjangkit," ungkapnya dikutip dari keterangan tertulis Kementerian Luar Negeri RI, Selasa (18/5).

Terkait isu suplai dan distribusi vaksin, dibahas mengenai keterlambatan pasokan vaksin bagi vaksin yang dijadwalkan untuk disalurkan melalui COVAX Facility. Vaksin AstraZeneca yang diproduksi oleh SII (India) terkirim sekitar 18% dan produksi vaksin AstraZeneca oleh SK Bio asal Korea Selatan baru terkirim 50% dari komitmen awal.

Situasi ini diharapkan akan membaik pada akhir tahun dengan bertambahnya komitmen dari beberapa produsen vaksin lain dan dengan bertambahnya vaksin yang memperoleh Izin Penggunaan di Masa Darurat (EUL) dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).