Lebih dari 1.000 warga sipil tewas akibat kerusuhan di Myanmar

Myanmar berada dalam kekacauan sejak 1 Februari, ketika angkatan bersenjata merebut kekuasaan dalam kudeta kilat.

Foto ilustrasi / Pixabay

Kelompok advokasi Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik (AAPP) menyatakan bahwa pasukan keamanan Myanmar telah membunuh lebih dari 1.000 warga sipil sejak militer menggulingkan pemimpin de facto Aung San Suu Kyi dari kekuasaan pada 1 Februari.

Myanmar berada dalam kekacauan sejak 1 Februari, ketika angkatan bersenjata merebut kekuasaan dalam kudeta kilat, memicu perbedaan pendapat ketika para pengunjuk rasa menuntut penegakan demokrasi.

Pasukan keamanan menanggapi gerakan antikudeta dengan keras, bahkan dilaporkan menggunakan peluru tajam terhadap warga sipil. Namun, massa antijunta tetap turun ke jalan setiap hari dalam demonstrasi yang menentang kudeta militer.

AAPP mengatakan, jumlah orang yang dibunuh oleh pasukan keamanan mencapai 1.006 pada Rabu (18/8).

"Selama militer berkuasa, mereka akan terus membunuh pemuda, profesional seperti dokter dan guru, serta pria, wanita dan anak-anak," kata Ko Bo Gyi, pejabat AAPP. "Mereka tidak hanya membunuh hidup kita tetapi juga masa depan negara dan harapan demokrasi."