Memanas, massa pro dan antimiliter Myanmar bentrok di Yangon

Sekitar 1.000 massa promiliter berkumpul untuk unjuk rasa di wilayah pusat Yangon.

Ilustrasi demonstrasi / Pixabay

Penentang dan para pendukung militer Myanmar terlibat bentrok di jalan-jalan Yangon pada Kamis (25/2). Situasi di Myanmar penuh ketegangan sejak militer, yang biasa disebut Tatmadaw, merebut kekuasaan dalam kudeta pada 1 Februari.

Pada  tanggal tersebut, militer juga menahan pemimpin de facto Myanmar, Aung San Suu Kyi, beserta sebagian besar petinggi partainya, Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD).

Tatmadaw menyatakan bahwa tindakan pengambilalihan kekuasaan tersebut dilakukan karena terjadi penipuan dan kecurangan dalam pemilu pada November 2020. NLD secara telak memenangkan pemilu itu.

Protes yang menentang langkah militer telah berjalan di sejumlah kota di Myanmar selama setidaknya tiga minggu. Selain itu, sebagian besar pekerja pemerintahan juga melakukan aksi pemogokan. Para mahasiswa bersumpah akan kembali melakukan aksi unjuk rasa di pusat komersial Yangon pada Kamis.

"Kami, mahasiswa, harus menghancurkan kediktatoran," ujar salah satu demonstran Kaung Sat Wai di luar kampus universitas utama Yangon.